Posted Wed, 01/21/2009 - 10:03 by wibi
· Artikel:
Mengenang pantai Pelang, bagi saya seperti membuka lembaran masa kecil. Dari lahir sampai SMP saya tinggal di Panggul, tempat pantai Pelang berada. Daerah ini berupa sebuah lembah kecil di pinggir laut selatan Jawa Timur, masuk wilayah kabupaten Trenggalek. Entah bagaimana wajah Pelang saat ini? Pelang memiliki semuanya, hal apa yang dibayangkan orang tentang pantai Selatan Jawa yang penuh mistis. Pantai indah, banyak gua dan tebing curam, serta ombak yang garang. Satu lagi, di Pelang terdapat air terjun kecil. Cukup eksotis, karena air terjun ini berjarak tidak jauh dari bibir pantai.
Bagi anda yang tertarik melihat keindahan pantai Pelang, siap-siaplah berpetualang. Dari Surabaya kita perlu menempuh sejauh 180 km ke kota kabupaten Trenggalek. Jalan ke Trenggalek cukup layak, baik untuk kendaraan umum atau membawa kendaraan sendiri. Untuk menuju ke Pelang, kita harus ke kecamatan Panggul yang berjarak kurang lebih 50 km dari kota Trenggalek. Perjalanan ini perlu nyali dan kewaspadaan. Jalannya relatif sempit. Jangan berharap dapat memacu kendaraan karena banyak sekali tikungan tajam disertai tanjakan yang curam. Sementara di sisi kiri kanan banyak jurang yang dalam. Tapi justru suasana inilah yang membuat perjalanan ke Pelang menjadi petualangan yang menarik.
Ketika sampai di kecamatan Panggul, anda bisa menikmati eksotisnya kehidupan masyarakat Jawa pantai selatan dengan budaya dan tata pergaulannya yang khas. Aroma laut sudah mulai bisa kita rasakan.
Di Panggul terdapat dua pantai besar. Yang pertama pantai Konang, dan kedua pantai Pelang. Pantai Konang cukup luas, dan sekaligus menjadi pelabuhan kecil bagi para nelayan lokal. Suasana di Konang menurut saya tak jauh beda dengan banyak pantai lain di Jawa, yang juga difungsikan sebagai pelabuhan nelayan. Karena itu saya berpendapat bahwa Pelang lebih menarik untuk rekreasi.
Entah bagaimana wajah Pelang sekarang? Suasana petualang langsung terasa ketika kita masuk ke pantai. Pelang sebenarnya tidak terlalu besar. Pantai ini merupakan perpaduan antara hamparan pasir dengan bukit-bukit kecil yang terjal. Sejak masuk, kita harus berjalan kaki sedikit melewati jalan setapak melintasi bukit. Dari bukit ini kita sudah dapat melihat hamparan laut serta bunyi debur ombak yang tak pernah henti menghantam dinding karang dan hamparan pasir pantai.
Entah, apakah Pelang masih seperti dulu? Ketika kecil, saya memiliki satu tempat rahasia di sana. Tidak banyak yang tahu, hanya saya dan kelompok saya. Setidaknya itulah yang saya yakini saat itu. Tempat itu terletak di pinggir tebing yang tinggi di pinggir laut. Berbentuk ceruk kecil yang muat beberapa orang dengan sedikit hamparan batu datar di depan ceruk. Untuk menuju ke sana harus melintasi jalan setapak di lereng bukit karang. Di pintu masuk jalan rahasia itu banyak semak belukar. Setiap pulang dari "markas', kami selalu membuat sedemikian rupa terhadap belukar dan batu agar orang tak mengira ada jalan di situ. Sebenarnya tempat itu sangat berbahaya, terutama ketika saya membayangkannya sekarang. Di depan ceruk itu tidak ada pengaman sama sekali. Jika salah satu dari kami terpeleset ke laut, rasanya sulit untuk selamat. Tebing itu sangat tinggi dan suara debur ombak sangat keras ketika menghantam dinding tebing sehingga suara teriakan yang paling keras sekalipun akan kalah dengan gemuruh ombak. Jika ada yang melihatpun tidak mudah untuk memberi pertolongan. Mengerikan!
Namun kami adalah anak-anak pantai saat itu. Anak-anak pantai, tak akan pernah takut pada laut.
Kehidupan masyarakat Panggul adalah gambaran asli budaya Jawa pantai. Ketika sikap masyarakat berada tepat di antara rasionalitas dan mistis. Sosok Nyai Roro Kidul, adalah salah satu legenda yang dikisahkan secara turun temurun. Pendidikan masyarakat cukup maju, tetapi di beberapa tempat tetap ada “dhanyangan”, tempat untuk menaruh sesajen.
Waktu kecil dulu, sering terjadi orang tenggelam di laut. Namun bagi masyarakat, penerimaan terhadap kejadian itu lebih ke arah sikap pada laut. Takabur menantang laut, kurang hormat kepada Nyai Roro Kidul, atau memakai baju dengan warna yang salah. Tapi segala hal ini, ditambah keindahan dan kegarangan pantai Pelang, semakin membuat tempat ini eksotis.
Terakhir saya ke Pelang tahun 2000, itu sudah hampir 9 tahun lalu. Waktu itu anak sulung saya masih kecil. Kepadanya, bersama dua adiknya, saya janjikan untuk satu saat berlibur ke Pelang lag
0 komentar:
Posting Komentar